Site icon DPMDP3A Bantaeng

Tantangan dan Usaha Untuk Peningkatan Mutu Pendidikan di Bantaeng

Pendidikan Bantaeng

Pendidikan Bantaeng – Di sebuah pagi yang cerah di kaki pegunungan Bantaeng, dering lonceng sekolah terdengar berasal dari sebuah bangunan sederhana berdinding papan. Anak-anak berlari kecil menapaki tanah yang masih basah oleh embun, mempunyai buku-buku mereka seperti mempunyai harapan. Di sinilah pendidikan dimulai—dengan impuls yang besar, biarpun ruangnya masih sempit.

Kabupaten Bantaeng, yang barangkali tak kerap masuk berita nasional, sejatinya menyimpan impuls luar biasa didalam membenahi muka pendidikannya. Tak mulus jalannya, namun menyadari arah yang dituju: pendidikan yang lebih merata, lebih manusiawi, dan lebih bermutu.

— Antara Tantangan, Terobosan, dan Asa Pendidikan yang Tak Pernah Padam

Masalah yang Tidak Disangkal

Masih banyak ruang kelas di pelosok Bantaeng yang cuma ditutupi atap seng dan dinding kayu, belum seutuhnya layak disebut ruang belajar. Ada sekolah yang cuma mempunyai satu guru untuk mengajar enam kelas, dan listrik yang kadang kala padam justru waktu ujian.

Namun tantangan terbesar bukan cuma terhadap tembok yang retak atau papan tulis yang pudar, melainkan terhadap kesenjangan peluang belajar—antara kota dan desa, pada yang mempunyai akses teknologi dan yang tidak, pada mereka yang sudah menyadari pentingnya pendidikan dan mereka yang belum diberi peluang untuk tahu.

Terobosan berasal dari Tanah Selatan

Alih-alih menyerah terhadap keadaan, Pendidikan di Bantaeng justru melahirkan bermacam inisiatif yang segar dan penuh akal. Salah satunya: “Bantaeng Smart Learning”—program pembelajaran digital yang mengfungsikan platform Quipper untuk memperluas akses belajar.

Bayangkan siswa-siswi di pedalaman, yang kebanyakan cuma membaca berasal dari satu buku lusuh, kini mampu terhubung video pembelajaran, soal interaktif, dan pembahasan digital. Semua berkat usaha pemda yang membagikan akun pembelajaran daring secara gratis ke lebih berasal dari 1.000 pelajar dan guru.

Tak cuma itu, Bantaeng terhitung giat melatih gurunya. Mereka diajak ikuti pelatihan pedagogi, penggunaan teknologi, dan manajemen kelas. Hasilnya? Guru yang pernah cuma mengandalkan kapur dan papan tulis kini berani mengfungsikan proyektor dan video pembelajaran. Transformasi perlahan namun pasti.

Pendidikan, Urusan Kita Semua

Namun pendidikan bukan cuma tugas sekolah dan pemerintah. Di Bantaeng, usaha menggandeng orang tua dan masyarakat jadi bagian penting. Program “Ortu Sahabat Sekolah” mendorong wali murid aktif hadir di ruang kelas—bukan cuma mengantar anak, namun ikut mendukung sistem belajar.

Desa-desa menjadi memunculkan literasi lokal, berasal dari taman baca kampung hingga program mendongeng tiap akhir pekan. Karena mereka tahu, anak-anak yang tumbuh bersama dengan cerita adalah anak-anak yang tumbuh bersama dengan harapan.

Menuju Masa Depan yang Setara

Apakah seutuhnya sudah ideal? Tentu tidak. Tapi Bantaeng menunjukkan bahwa pendidikan bukan soal menunggu perubahan berasal dari pusat, melainkan berani mengawali perubahan berasal dari bawah. Dengan segala keterbatasannya, mereka tak berhenti melacak solusi: membangun ruang kelas baru, mengangkat guru honorer yang berdedikasi, hingga menyiapkan beasiswa untuk anak-anak berasal dari keluarga tak mampu.

Pendidikan bukan sekadar kurikulum atau angka kelulusan—ia adalah nyala kecil di hati anak-anak yang inginkan menyadari lebih banyak mengenai dunia. Dan di Bantaeng, nyala itu terus dijaga.

Penutup

Dalam sunyi kelas-kelasnya yang sederhana, didalam impuls gurunya yang mengajar tanpa lelah, dan didalam tawa anak-anak yang menulis cita-cita mereka di kertas lusuh, Bantaeng sedang membangun jaman depan. Perlahan, namun tak pernah mundur.

Karena mereka percaya: pendidikan adalah investasi yang hasilnya tidak mampu dicermati hari ini—tetapi akan dirasakan seumur hidup.

Exit mobile version